“Puncak Pyramid kurang sedikit lagi..!” adalah mantera manjur yang saya ucapkan dalam hati setiap kali rasa lelah mulai meracuni pikiran. Tapi jarak yang sedikit itu juga bukan jalan yang mudah dilalui. Sama sekali tidak..
Punggungan di antara Patahan Satu dan Patahan Dua bukan lagi berupa dataran sempit selebar 1-2 meter seperti punggungan sebelum Burma Bridge, tapi hanya berupa celah sempit di antara batuan tajam yang berada di puncak tebing yang hampir vertikal. Jika melirik ke sebelah kiri, kita bisa melihat jajaran tenda-tenda di Yellow Valley yang tampak sangat kecil, sekitar 600 meter di bawah. Di beberapa tempat kami bahkan hanya berpijak di batuan tajam yang ada karena celah yang terlalu sempit. Jika tidak ada tali pengaman yang terpasang, saya tidak yakin saya punya nyali untuk melewati bagian ini. Dengan tali pengaman pun kita tetap harus sangat berhati-hati dalam melangkah di atas batuan tajam ini agar sepatu tidak robek atau terjepit di antara batuan.
Setelah menyeberangi Patahan Dua, masih ada tebing dengan tinggi sekitar 15 meter yang harus kita lewati sebelum jalur melandai kembali. Ada tiga tali pengaman yang terpasang. Jalur tali paling kiri adalah yang terpendek karena jalur lanjutan ada di ujung atas posisi tali ini. Tapi tali paling kiri ini membuat kita harus melewati overhang yang cukup panjang di tebing ini. Tali paling kanan menawarkan pijakan untuk kaki, tapi dengan jalur paling panjang dan berpasir pula. Akhirnya saya memutuskan mengambil jalur tali paling kanan, kemudian berpindah ke tali tengah, dan akhirnya berpindah lagi ke tali paling kiri setelah overhang terlewati.
Satu lagi bagian sulit terlewati. Kurang sedikit lagi..!
Pada jam 10:15 pagi, Ardhin & Cecep yang menjadi dua pendaki terdepan berhasil mencapai Puncak Pyramid. Sekitar 15 menit kemudian, Pak Mulyadi menyusul tiba di titik tertinggi di Indonesia tersebut, dan disusul juga oleh Anggit tidak lama setelahnya. Sementara itu, saya dan Furji masih berkutat di Patahan Dua dan memanjat tebing setinggi 15 meter yang berada tepat setelahnya. Sebenarnya jarak dari sisi atas tebing setelah Patahan Dua tersebut menuju puncak Pyramid hanya sekitar 200 meter lagi. Tetapi karena oksigen yang tipis di ketinggian dan stamina yang terkuras, jarak tersebut terasa sangat jauh. Saya bisa mendengar dengan jelas suara keempat rekan pendaki yang sudah sampai di puncak – Ardhin, Cecep, Pak Mulyadi dan Anggit. Butuh dorongan ekstra dari diri sendiri untuk terus bergerak maju. Teman-teman di puncak sudah bisa melihat saya di 100 meter terakhir, dan ikut berteriak memberi semangat.
Tepat pada pukul 11:00 pagi, saya menjejakkan kaki di Puncak Pyramid. Ucapan syukur kepada Tuhan tak henti-hentinya meluncur dari bibir. Tidak lama kemudian Furji sebagai pendaki paling akhir juga berhasil menjejak puncak Pyramid. Tuntas sudah tugas kami berenam, seluruh anggota team pendaki berhasil mencapai puncak Cartensz Pyramid sesuai dengan target ekspedisi yang merupakan bagian dari Ekspedisi 28 Gunung. 28 team terpisah masing-masing menjalankan tugasnya mendaki puncak gunung yang sudah ditargetkan untuk masing-masing team, dan kami menyelesaikan bagian kami. Alan di basecamp langsung melaporkan keberhasilan ini ke koordinator ekspedisi dan team support di Tembagapura.
Ekspedisi pendakian kami ini benar-benar diberkahi Tuhan. Cuaca cerah di sepanjang perjalanan naik. Langit biru dengan sedikit awan. Di puncak Pyramid, pandangan benar-benar lepas di segala penjuru. Tidak tergambarkan indahnya. Berkali-kali kami berdiri bergantian untuk memandang sekeliling. Kami bahkan bisa berfoto di puncak dengan latar belakang gletser di puncak Sukarno-Sumantri dan puncak Carstensz Timur sekaligus, karena tidak ada satu puncak pun yang tertutup awan dan kabut. Lelah tidak terasakan pada saat itu, yang ada hanya rasa lega, puas dan bahagia bisa menjalankan tugas dengan baik.
Jam sudah menunjukkan pukul 12:00 siang. Teks Sumpah Pemuda sudah dibacakan dan direkam. Foto-foto dan video di plakat puncak Pyramid sudah entah berapa kali rekam-hapus-rekam ulang. Awan & kabut akhirnya mulai menampakkan tanda-tanda mulai menebal pertanda cuaca yang sepanjang perjalanan pendakian tadi selalu cerah mulai berubah. Kami pun memutuskan untuk segera menyudahi aktivitas di puncak dan mulai bergerak turun. Pak Mulyadi sudah bergerak turun terlebih dahulu. Dan berikutnya berturut-turut Cecep, Ardhin, saya, Furji dan Anggit menyusul turun menyusuri tali pengaman menuju Patahan Dua..
Kabut terus menebal sepanjang perjalanan kami menyusuri Summit Ridge, melewati Patahan Dua, Patahan Satu, dan Burma Bridge. Saat menuruni tebing vertikal menuju Teras Besar, salju tipis mulai turun menemani perjalanan turun kami. Sesekali saya usap salju yang menempel di jaket, sambil menengadah ke atas memandang butiran salju yang berjatuhan. Entah kenapa justru terasa tenang sekali saat itu. Mungkin karena tugas yang dibebankan kepada kami sudah berhasil kami tuntaskan. Sekarang, tugas berikutnya adalah kembali pulang dengan selamat. Saat rehat sejenak di antara Teras Besar dan Teras Dua, saya memalingkan muka kembali ke arah puncak Pyramid, berjanji di dalam hati untuk kembali lagi satu saat nanti, sebelum bergerak turun kembali menuju basecamp di Yellow Valley, menyusul teman-teman lain yang sudah bergerak lebih dulu..